SeUnTaI KaTa u D kOnGsI

"Wahai wanita solehah, jangan risau akan jodohmu kerana muslimin yang bijaksana takkan terpaut pada wanita hanya kepada kecantikan, lirikan senyuman, pada bicara manja dan menggoda atau pada pujuk rayu seorang wanita yang meruntuhkan imannya. Telah tercatat seungkap nama lelaki di Luh Mahfuz untukmu. Cuma peribadinya ditentukan oleh sejauh mana ketinggian peribadimu. Jika kau tetap di atas jalan yang di redhai-Nya, InsyaAllah si dia turut di jalan yang sama."

Selasa, 27 Mac 2012

CiNtA y sEbEnAr-bEnArNyA CiNtA


“CINTA SEJATI, CINTA ABADI BERKEKALAN”


Untuk para sahabat sekalian, marilah sama-sama renungi cerita ini bersama-sama.
Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.
Pagi itu,walaupun langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.
Pagi itu,Rasulullah dengan suara terbatas memberikan khutbah,



“Wahai umatku,kita semua ada dalam
kekuasaan Allah dan
cinta kasih-Nya. Maka
taati dan bertakwalah
kepada-Nya.Kuwariskan dua
perkara pada kalian,Al Qur’an
dan sunnahku.Barang siapa mencintai
sunnahku,bererti
mencintai aku dan kelak
orang-orang yang mencintaiku,akan masuk
syurga
bersama-sama aku.”
Khutbah singkat itu diakhiri dengan


pandangan mata
Rasulullah yang tenang dan
penuh minat menatap sahabatnya satu
persatu.Saidina
Abu Bakar as SiddiQ menatap
mata itu dengan berkaca-kaca,Saidina
Umar al-Khattab
dadanya naik turun menahan
nafas dan tangisnya.Saidina Usman bin
Affan menghela
nafas panjang dan Saidina
Ali b ABi Talib menundukkan kepalanya
dalam-dalam.Isyarat itu telah
datang,saatnya sudah tiba.
“Rasulullah akan meninggalkan kita
semua,”keluh hati
semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu hampir selesai
menunaikan
tugasnya di
dunia.Tanda-tanda itu semakin
kuat,tatkala Saidina Ali
dan Saidina Fadhal dengan
cergas menangkap Rasulullah yang
berkeadaan lemah dan
goyah ketika turun dari
mimbar.Disaat itu,kalau mampu,seluruh
sahabat yang
hadir di sana pasti akan
menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi,tapi pintu rumah
Rasulullah masih
tertutup.Sedang
didalamnya,Rasulullah sedang terbaring
lemah dengan
keningnya yang berkeringat
dan membasahi pelepah kurma yang menjadi
alas
tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar
seorang yang
berseru mengucapkan salam.
“Bolehkah saya masuk?” tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk,”Maafkanlah,ayahku sedang demam,” kata
Fatimah yang membalikkan badan dan
menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya
yang ternyata
sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu
wahai anakku?”
“Tak tahulah ayahku,orang sepertinya
baru sekali ini
aku melihatnya,”
tutur Fatimah lembut.
Lalu,Rasulullah menatap puterinya itu
dengan pandangan
yang
menggetarkan.Seolah-olah bahagian demi
bahagian wajah
anaknya itu hendak
dikenang.
“Ketahuilah,dialah yang menghapuskan
kenikmatan
sementara,dialah yang memisahkan
pertemuan di dunia.Dialah malakul maut,”
kata
Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri,tapi
Rasulullah
menanyakan kenapa Jibril tidak
ikut sama menyertainya.Kemudian
dipanggilah Jibril
yang sebelumnya sudah bersiap
di atas langit dunia menyambut roh
kekasih Allah dan
penghulu dunia ini.
“Jibril,jelaskan apa hakku nanti di
hadapan Allah?”
Tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah.


“Pintu-pintu langit telah terbuka,para
malaikat telah
menanti rohmu. Semua
syurga terbuka lebar menanti
kedatanganmu,” kata
Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah
lega,matanya masih penuh
kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar khabar
ini?” Tanya
Jibril lagi.
“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib
umatku kelak?”
“Jangan khawatir,wahai Rasul Allah,aku
pernah
mendengar Allah berfirman
kepadaku:
‘Kuharamkan syurga bagi siapa
saja,kecuali umat
Muhammad telah berada di
dalamnya,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat,saatnya Izrail
melakukan
tugas. Perlahan roh
Rasulullah ditarik.Nampak seluruh tubuh
Rasulullah
bersimbah peluh,urat-urat
lehernya menegang.
“Jibril,betapa sakit sakaratul maut
ini.”Perlahan
Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam,Ali yang di sampingnya
menunduk
semakin dalam dan Jibril
memalingkan muka.
“Jijikkah kau melihatku,hingga kau
palingkan wajahmu
Jibril?” Tanya
Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu
itu.
“Siapakah yang sanggup,melihat kekasih
Allah direnggut
ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah
memekik,kerana
sakit yang tidak
tertahankan lagi.
“Ya Allah,dahsyat nian maut ini,timpakan
saja semua
siksa maut ini
kepadaku,jangan pada umatku.”
Badan Rasulullah mulai dingin,kaki dan
dadanya sudah
tidak bergerak
lagi.Bibirnya bergetar seakan hendak
membisikkan
sesuatu, Saidina Ali segera
mendekatkan telinganya.
“Uusiikum bis salati,wa maa malakat
aimanukum,peliharalah solat dan
peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”
Di luar pintu tangis mulai terdengar
bersahutan,sahabat saling
berpelukan.Saidatina Fatimah az-Zahra’
menutupkan
tangan di wajahnya, dan
Saidina Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir
Rasulullah yang
mulai kebiruan.
“Ummatii,ummatii,ummatiii?” – “Umatku,
umatku, umatku”
Dan,berakhirlah hidup manusia mulia yang
memberi
sinaran itu.
Kini,mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma
solli ‘ala Muhammad wabaarik
wa salim ‘alaihi.Betapa cintanya
Rasulullah kepada
kita.
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim
lainnya agar
timbul kesedaran untuk
mencintai Allah dan RasulNya,seperti
Allah dan
Rasulnya mencintai kita.Kerana
sesungguhnya selain daripada itu
hanyalah fana
belaka…
Wallahu A’lam..

Tiada ulasan: